06 Oktober 2008

KAWANKU

Kawanku, aku bukanlah apa yang tampak padaku. Penampilan tak lebih hanyalah pakaian yang kukenakan--kain bagus yang melindungiku dari cecaran pertanyaanmu dan menjagamu dari kealpaanku.

“Aku” di dalam diriku, kawanku, mendekam di rumah keheningan, dan disana ia akan tinggal selamanya, tak teraba, tak terdekati.

Mustahil bagiku untuk membuatmu meyakini apa yang kukatakan atau memercayai apa yang kulakukan-sebab ata-kataku hanyalah isi pikiranmu yang kusuarakan dan tindakanku adalah harapanmu yang diwujudkan.

Ketika kau berkata, “Angin bertiup ke timur,” aku mengataan ”Ya, angin memang bertiup ke timur”; sebab aku tak bisa membuatmu paham bahwa pikiranku tidak berumah di angin melainkan di permukaan laut.

Engkau tidak bisa memahami kembara pikiranku, dan aku tak bisa membuatmu paham. Aku akan sendirian saja di laut.

Jika siang merapat padamu, kawanku, maka malam merapat padaku; tapi aku lantas berbicara tentang tengah hari yang menari di punggung-punggung bukit dan tentang bayang-bayang ungu yang mencuri jalan ke arah lembah; karena kau tidak bisa mendengar nyanyian kegelapanku atau menyaksikan kepak sayapku memukul bintang-bintang—dan aku sudah terbiasa tidak mendapati engkau mendengar atau melihat. Aku akan sendirian berkawan malam.

Ketika kau naik ke surgamu, aku turun ke nerakaku—dan kemudian kau memintaku untuk menyebrangi teluk tanpa jembatan, “Temanku, kawanku,” dan aku menyeru balik kepadamu, “Kawanku, temanku”—karena aku tidak mungkin membuatmu melihat Nerakaku. Nyala api akn membakar pandang matamu dan asap akan menyesaki lubang hidungmu. Dan aku mencintai Nerakaku begitu rupa dan berharap kau akan mengunjunginya. Aku akan mendekam di neraka sendirian.

Kau mencintai kebenaran, Keindahan, dan kebajikan; dan demi engkau, aku mengatakan bahwa memang baik dan sudah selayaknya mencintai hal-hal itu. Tetapi di dalam hatiku aku terkekeh pada cintamu. Namun tak bisa membuatmu menyaksikan aku tertawa.

Aku akan tertawa sendirian.

Kawanku, engkau baik, waspada, dan bijaksana; ya, engkau sempurna—dan aku, begitu juga, berbicara kepadamu dengan bijak dan waspada. Sesungguhnya aku gila. Tetapi aku menopengi kegilaanku. Aku akan gila sendirian.

Kawanku, engkau bukanlah awanku, tetapi bagaimana cara membuatmu paham? Jalanku bukanlah jalanmu, tetapi kita jalan bersama bergandeng tangan.

Tidak ada komentar: